News

Mubes Warga NU Desak Percepatan Muktamar dan Pengembalian Tambang ke Negara

22 December 2025
16:07 WIB
Mubes Warga NU Desak Percepatan Muktamar dan Pengembalian Tambang ke Negara
sumber gambar : static.promediateknologi.id
Musyawarah Besar (Mubes) Warga Nahdlatul Ulama (NU) yang baru saja rampung menghasilkan sembilan rekomendasi penting yang berpotensi membentuk arah organisasi ke depan. Salah satu poin krusial yang disuarakan dalam forum ini adalah percepatan pelaksanaan Muktamar atau kongres besar organisasi. Selain itu, rekomendasi lain yang tak kalah strategis menyangkut isu penguasaan sumber daya alam, khususnya mendesak pengembalian tambang ke pangkuan negara. Keputusan-keputusan ini mencerminkan aspirasi kuat dari akar rumput NU untuk reformasi internal dan peran yang lebih progresif dalam isu-isu kebangsaan.

Panggilan untuk mempercepat Muktamar menjadi salah satu sorotan utama dari Mubes ini, mengindikasikan adanya dorongan kuat dari para warga untuk mengevaluasi dan memperkuat kepemimpinan organisasi. Percepatan ini diharapkan dapat menjadi momentum strategis untuk penyegaran struktural serta adaptasi terhadap berbagai tantangan zaman yang kian kompleks. Aspirasi ini juga bisa dimaknai sebagai keinginan untuk memastikan roda organisasi berjalan efektif dan responsif terhadap dinamika sosial, politik, serta keagamaan di Indonesia. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga relevansi NU sebagai salah satu pilar utama bangsa.

Di samping isu internal, Mubes Warga NU juga menyoroti masalah fundamental terkait pengelolaan sumber daya alam. Rekomendasi untuk mengembalikan tambang ke negara menunjukkan keprihatinan mendalam atas eksploitasi yang mungkin tidak berpihak pada kepentingan rakyat banyak dan kelestarian lingkungan. Isu tambang memang telah lama menjadi perdebatan nasional mengenai keadilan dalam distribusi hasil alam dan dampak ekologisnya. Warga NU melalui Mubes ini menegaskan kembali prinsip keadilan dan kemaslahatan umat dalam pengelolaan aset-aset vital negara.

Inaya Wahid, salah satu figur yang terkait dengan Mubes ini, memberikan dimensi tambahan pada rekomendasi yang dihasilkan. Sebagai putri dari mantan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), suaranya membawa resonansi pemikiran progresif dan kritis yang melekat pada sejarah NU. Keterlibatannya dan pandangannya seringkali menjadi cerminan dari semangat pembaruan dan keberpihakan kepada kaum tertindas, yang sejalan dengan semangat yang diusung dalam rekomendasi Mubes ini. Kehadirannya juga memperkuat pesan bahwa NU tetap konsisten pada nilai-nilai perjuangan pendirinya.

Sembilan rekomendasi ini secara keseluruhan mencakup spektrum yang luas, meskipun percepatan Muktamar dan pengembalian tambang ke negara menjadi primadona. Rekomendasi lainnya kemungkinan besar juga menyentuh aspek-aspek seperti penguatan pendidikan, pemberdayaan ekonomi umat, moderasi beragama, serta kontribusi NU dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Setiap poin mencerminkan analisis mendalam dari warga terhadap kondisi aktual yang memerlukan perhatian serius dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) maupun pemerintah. Forum ini menjadi wadah penting untuk menyalurkan gagasan-gagasan konstruktif dari bawah.

Implikasi dari rekomendasi ini tentu saja akan menjadi tugas besar bagi PBNU untuk dicermati dan ditindaklanjuti. Desakan percepatan Muktamar, misalnya, memerlukan persiapan organisasi yang matang dan konsensus di antara para pimpinan dan anggota. Sementara itu, rekomendasi terkait tambang berpotensi memicu diskusi lebih lanjut dengan pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya mengenai kebijakan pengelolaan sumber daya alam. Bagaimana PBNU menyikapi dan mengimplementasikan rekomendasi ini akan menjadi tolok ukur keseriusan dalam mendengarkan suara dari warga NU.

Muktamar merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di NU, sehingga desakan percepatannya menunjukkan urgensi dari pandangan warga yang perlu diakomodir. Jika Muktamar dipercepat, hal ini bisa berarti adanya perubahan signifikan dalam peta kepemimpinan dan kebijakan organisasi. Di sisi lain, isu pengembalian tambang ke negara adalah seruan moral dan politik yang kuat, berpotensi mempengaruhi perdebatan publik dan kebijakan pemerintah terkait regulasi industri ekstraktif. Ini menyoroti peran NU yang tidak hanya terbatas pada ranah keagamaan, tetapi juga terlibat aktif dalam isu-isu kebangsaan yang lebih luas.

Dengan demikian, Musyawarah Besar Warga NU ini bukan sekadar pertemuan rutin, melainkan sebuah forum yang menghasilkan gagasan-gagasan fundamental untuk masa depan organisasi dan bangsa. Sembilan rekomendasi yang diterbitkan menjadi penanda penting aspirasi dan harapan dari jutaan warga NU. Respon dari PBNU dan pemerintah terhadap rekomendasi ini akan sangat menentukan arah gerak NU di tahun-tahun mendatang, serta relevansinya dalam menjawab tantangan global dan nasional yang semakin kompleks. Ini adalah manifestasi nyata dari demokrasi internal dalam organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.

Referensi: www.jawapos.com