News
Dilema Tambang Granit Baseh: Antara Ancaman Lingkungan, Ekspor Jepang, dan Nasib Pekerja
15 December 2025
11:40 WIB
sumber gambar : asset.tribunnews.com
Desakan kuat untuk menutup operasional tambang batu granit di kawasan Baseh, Banyumas, Jawa Tengah, kini menjadi sorotan utama, menciptakan dilema kompleks bagi berbagai pihak. Di satu sisi, ada tuntutan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mengatasi dampak pertambangan yang mungkin terjadi terhadap ekosistem sekitar. Namun, di sisi lain, keputusan penutupan ini akan membawa konsekuensi serius, mengancam mata pencarian puluhan warga lokal yang selama ini menggantungkan hidupnya pada sektor industri pertambangan tersebut. Situasi ini menuntut solusi yang berimbang dan mempertimbangkan semua aspek demi keberlanjutan wilayah.
Ancaman kehilangan pekerjaan ini bukanlah perkara sepele bagi masyarakat Baseh, mengingat mata pencarian alternatif yang terbatas di daerah tersebut. Puluhan kepala keluarga yang bekerja sebagai penambang, operator alat berat, pekerja logistik, hingga staf administrasi di tambang granit kini menghadapi ketidakpastian masa depan. Efek domino dari penutupan ini diperkirakan akan meluas, tidak hanya berdampak pada pekerja langsung tetapi juga pada usaha-usaha kecil di sekitar lokasi tambang yang bergantung pada aktivitas ekonomi para pekerja. Pemerintah daerah dan pihak terkait dihadapkan pada tantangan besar untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi mereka.
Tambang granit di Baseh sendiri bukan sembarang pertambangan; produknya dikenal memiliki kualitas unggul yang bahkan berhasil menembus pasar internasional, khususnya Jepang. Fakta ini menegaskan betapa berharganya komoditas granit dari Baseh dalam skala global dan kontribusinya terhadap perekonomian lokal maupun devisa negara. Permintaan dari Jepang menunjukkan standar tinggi yang mampu dipenuhi oleh granit Baseh, menjadikannya aset berharga yang sayang untuk dilepaskan begitu saja tanpa pertimbangan matang. Oleh karena itu, perdebatan tentang penutupan tambang ini tidak hanya sebatas isu lokal, melainkan juga memiliki implikasi ekonomi yang lebih luas.
Desakan penutupan umumnya muncul dari kekhawatiran masyarakat atau pegiat lingkungan terkait dampak negatif aktivitas pertambangan. Potensi kerusakan lingkungan seperti perubahan bentang alam, erosi, hingga pencemaran air dan udara akibat debu dan limbah adalah beberapa isu krusial yang seringkali menjadi dasar tuntutan tersebut. Selain itu, masalah kebisingan dari operasi alat berat serta kerusakan infrastruktur jalan akibat lalu lintas truk pengangkut hasil tambang juga seringkali menjadi keluhan warga sekitar. Memahami akar permasalahan ini menjadi langkah penting dalam mencari jalan keluar yang bijaksana bagi semua pihak yang berkepentingan.
Pemerintah Kabupaten Banyumas kini berada di persimpangan jalan, dituntut untuk mengambil keputusan yang dapat menyeimbangkan kepentingan lingkungan dan ekonomi masyarakat. Mediasi antara pihak-pihak yang berkepentingan, yakni pengelola tambang, warga yang bekerja, serta kelompok yang mendesak penutupan, harus segera dilakukan untuk mencari titik temu. Pendekatan yang komprehensif diperlukan, bisa berupa peninjauan ulang izin pertambangan, penerapan standar operasional yang lebih ketat, atau bahkan pengembangan program pemberdayaan ekonomi alternatif bagi warga yang terdampak. Kebijakan yang akan diambil harus transparan dan akuntabel demi menciptakan keadilan.
Di tengah tarik-menarik kepentingan ini, penting untuk mulai memikirkan solusi jangka panjang dan berkelanjutan. Jika penutupan menjadi satu-satunya opsi, maka program relokasi pekerja, pelatihan keterampilan baru, atau bantuan modal untuk usaha kecil harus disiapkan secara matang. Di sisi lain, jika operasional tambang akan dilanjutkan, investasi dalam teknologi ramah lingkungan dan program rehabilitasi pascatambang harus menjadi prioritas utama. Kolaborasi antara pemerintah daerah, perusahaan, akademisi, dan masyarakat sipil menjadi kunci untuk merumuskan strategi yang paling efektif untuk masa depan Baseh.
Dilema di Baseh ini mencerminkan kompleksitas pengelolaan sumber daya alam di Indonesia, di mana kebutuhan ekonomi seringkali berbenturan dengan tuntutan pelestarian lingkungan. Masa depan puluhan keluarga pekerja dan keberlanjutan ekosistem di Banyumas kini berada di ujung tanduk, menunggu keputusan bijaksana dari pihak berwenang. Semua pihak berharap agar keputusan yang diambil tidak hanya menyelesaikan konflik sesaat, tetapi juga membawa dampak positif jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian alam di Baseh.
Referensi:
banyumas.tribunnews.com