News
Gerakan Rakyat Teguh Desak Status Bencana Nasional Sumatra, Tolak Kecaman Seskab
22 December 2025
15:57 WIB
sumber gambar : asset.tribunnews.com
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Rakyat tetap menyuarakan desakan agar pemerintah segera menetapkan status bencana nasional untuk wilayah Sumatra yang dilanda banjir parah. Sikap ini dipertahankan meski Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy telah melontarkan kecaman terhadap tuntutan tersebut, menandakan adanya perbedaan pandangan yang signifikan antara elemen masyarakat dan pemerintah terkait penanganan krisis ini. Para pegiat Gerakan Rakyat berkeyakinan bahwa skala kerusakan dan dampak kemanusiaan di Sumatra sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, jauh melampaui kemampuan penanganan regional. Mereka menekankan bahwa penetapan status bencana nasional akan membuka pintu bagi mobilisasi sumber daya yang lebih besar dan koordinasi yang lebih terpusat. Desakan ini menjadi sorotan utama di tengah upaya pemulihan yang masih berjalan lambat di berbagai lokasi terdampak.
Gerakan Rakyat menyoroti laporan-laporan dari lapangan yang menunjukkan ribuan rumah terendam, infrastruktur vital rusak parah, serta puluhan ribu warga mengungsi ke tempat-tempat yang kurang memadai. Kondisi ini diperparah dengan ancaman krisis pangan dan kesehatan yang mulai mengintai, khususnya di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau bantuan. Mereka mengklaim bahwa penanganan yang ada saat ini, yang masih bersifat parsial dan terbatas pada tingkat provinsi atau kabupaten, tidak mampu mengatasi kompleksitas dan luasnya permasalahan. Oleh karena itu, bagi Gerakan Rakyat, penetapan status bencana nasional bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan demi menyelamatkan nyawa dan masa depan masyarakat Sumatra. Tuntutan ini merefleksikan keprihatinan mendalam atas nasib jutaan jiwa yang terdampak langsung oleh bencana alam tersebut.
Kecaman dari Seskab Teddy, meskipun tidak dijelaskan detail isinya, mengindikasikan bahwa pemerintah pusat mungkin memiliki pertimbangan lain dalam merespons desakan ini. Pemerintah bisa jadi berpandangan bahwa mekanisme penanganan bencana yang ada di bawah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah cukup atau sedang berjalan efektif tanpa perlu peningkatan status. Pertimbangan lain mungkin terkait dampak ekonomi dan citra internasional yang bisa ditimbulkan oleh penetapan status bencana nasional. Namun, pernyataan Seskab tersebut justru mempertegas kesenjangan komunikasi dan persepsi antara pembuat kebijakan dan suara masyarakat sipil. Dinamika ini menunjukkan adanya ketegangan dalam upaya mencari solusi terbaik untuk krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.
Penetapan status bencana nasional akan mengaktifkan berbagai protokol khusus yang memungkinkan pemerintah pusat untuk mengerahkan seluruh kekuatan negara dalam penanggulangan bencana. Ini termasuk alokasi anggaran darurat yang signifikan, pengerahan personel militer dan kepolisian, serta bantuan logistik dan medis berskala besar dari berbagai kementerian/lembaga. Selain itu, status ini juga akan mempermudah akses bantuan dari lembaga-lembaga internasional dan organisasi kemanusiaan global, mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. Gerakan Rakyat percaya bahwa langkah ini adalah kunci untuk mengatasi keterbatasan sumber daya daerah dan memastikan penanganan yang komprehensif serta berkesinambungan bagi masyarakat Sumatra.
Banjir yang melanda berbagai wilayah di Sumatra, dari bagian utara hingga selatan, telah menimbulkan kerugian yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal, mengalami kerusakan parah, mengancam mata pencarian ribuan keluarga. Kondisi darurat ini menuntut respons cepat dan terkoordinasi dari seluruh elemen bangsa, memastikan bantuan sampai tepat waktu kepada mereka yang membutuhkan. Para ahli bencana dan aktivis lingkungan juga telah lama memperingatkan tentang kerentanan Sumatra terhadap bencana hidrometeorologi, diperparah oleh deforestasi dan perubahan iklim. Situasi ini bukan hanya krisis sesaat, melainkan panggilan untuk evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan tata ruang dan lingkungan di kawasan tersebut.
Desakan terhadap pemerintah tidak hanya datang dari Gerakan Rakyat, tetapi juga dari berbagai tokoh masyarakat, akademisi, dan organisasi non-pemerintah lainnya yang mengamati situasi di Sumatra. Seruan serupa juga disuarakan oleh beberapa tokoh publik dan politisi, menekankan urgensi tindakan yang lebih tegas dan cepat dari pemerintah pusat. Mereka berpendapat bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab moral dan konstitusional untuk melindungi warganya dari dampak terburuk bencana alam. Tekanan publik yang terus meningkat ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan kembali posisinya dan segera mengambil keputusan demi kepentingan masyarakat luas. Diskusi terbuka dan transparan mengenai pro-kontra penetapan status bencana nasional sangat diperlukan untuk mencapai konsensus.
Dalam menghadapi dilema ini, pemerintah pusat berada di persimpangan jalan, di mana setiap keputusan akan memiliki implikasi jangka panjang bagi wilayah Sumatra dan kepercayaan publik. Seskab Teddy dan jajaran pemerintahan perlu mempertimbangkan secara matang semua aspek, termasuk desakan dari Gerakan Rakyat yang merepresentasikan suara keprihatinan masyarakat. Keputusan untuk menetapkan atau tidak menetapkan status bencana nasional akan sangat menentukan arah penanganan krisis ini ke depan. Waktu terus berjalan, dan jutaan warga Sumatra menanti kebijakan konkret yang mampu membawa harapan serta solusi di tengah cobaan yang mereka hadapi. Penanganan krisis ini akan menjadi barometer bagi efektivitas respons pemerintah terhadap tantangan besar di masa depan.
Referensi:
wartakota.tribunnews.com