News

Polemik Banjir Tapanuli: Klaim Agincourt Resources Dibalas Keraguan Walhi Sumut

1 December 2025
13:25 WIB
Polemik Banjir Tapanuli: Klaim Agincourt Resources Dibalas Keraguan Walhi Sumut
sumber gambar : statik.tempo.co
Perusahaan tambang emas Agincourt Resources secara tegas menepis tudingan yang menyebut aktivitas operasional mereka menjadi penyebab musibah banjir bandang mematikan di Tapanuli Tengah. Namun, klaim tersebut justru memicu keraguan serius dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara, yang mendesak penyelidikan menyeluruh terhadap potensi dampak lingkungan dari praktik pertambangan di wilayah tersebut. Tragedi yang merenggut nyawa 34 warga ini telah membuka kembali perdebatan sengit mengenai tanggung jawab korporasi dan mitigasi bencana alam di area yang dikenal rentan. Walhi menekankan urgensi evaluasi independen guna memastikan kebenaran klaim perusahaan serta mengidentifikasi faktor-faktor pemicu bencana secara objektif.

Dalam pernyataan resminya, Agincourt Resources mengemukakan bahwa lokasi operasional penambangan emas mereka berada jauh dari area terdampak langsung banjir bandang yang terjadi. Pihak perusahaan mengklaim telah menerapkan standar operasional prosedur yang sangat ketat terkait pengelolaan lingkungan, termasuk sistem drainase canggih dan program pencegahan erosi tanah yang berkelanjutan. Mereka berargumen bahwa bencana alam ini semata-mata diakibatkan oleh intensitas curah hujan ekstrem yang tak terduga, melampaui kapasitas normal. Agincourt juga menegaskan komitmennya terhadap praktik pertambangan berkelanjutan dengan melakukan reboisasi ekstensif di beberapa zona sebagai bagian dari upaya restorasi lingkungan.

Bertolak belakang dengan klaim tersebut, Walhi Sumatera Utara menyuarakan keraguan mendalam dan menuntut otoritas terkait untuk segera membentuk tim investigasi independen yang transparan. Direktur Walhi Sumut menyatakan bahwa praktik pertambangan, khususnya yang melibatkan pembukaan lahan besar-besaran dan perubahan signifikan pada kontur tanah, secara inheren seringkali berkontribusi pada peningkatan risiko banjir dan tanah longsor. Mereka menyoroti bagaimana dampak lingkungan dari konsesi pertambangan dapat meluas jauh melampaui batas geografis operasional perusahaan. Walhi berpendapat bahwa meskipun curah hujan tinggi memang menjadi pemicu langsung, kerusakan ekologis di wilayah hulu akibat aktivitas manusia secara tidak langsung memperparah skala dan dampak bencana.

Banjir bandang yang menghantam Tapanuli Tengah telah meninggalkan jejak duka mendalam, merenggut nyawa sedikitnya 34 orang dan menyebabkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal serta harta benda. Air bah yang datang secara tiba-tiba dan dengan kekuatan dahsyat juga merusak infrastruktur vital seperti jembatan, jalan raya, dan fasilitas umum, secara signifikan menghambat upaya distribusi bantuan kemanusiaan serta proses pemulihan. Kondisi geografis Tapanuli Tengah yang didominasi perbukitan dan berada di sepanjang daerah aliran sungai memang membuatnya secara alamiah rentan terhadap berbagai bencana hidrometeorologi. Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan kerentanan wilayah tersebut terhadap perubahan iklim dan dampak aktivitas manusia.

Pentingnya sebuah penyelidikan yang menyeluruh, imparsial, dan transparan kini menjadi seruan utama dari berbagai elemen masyarakat dan aktivis lingkungan guna mengurai kompleksitas penyebab pasti bencana ini. Para ahli lingkungan dan geologi menyarankan agar studi komprehensif tidak hanya fokus pada faktor curah hujan, tetapi juga menganalisis secara mendalam kondisi tata guna lahan, tingkat deforestasi di hulu, serta dampak kumulatif dari semua aktivitas industri di sekitar DAS. Investigasi independen ini diharapkan mampu mengidentifikasi apakah terdapat pelanggaran regulasi lingkungan atau potensi kelalaian yang secara tidak langsung berkontribusi pada tragedi memilukan tersebut. Hasil investigasi akan menjadi kunci vital dalam menetapkan akuntabilitas dan merumuskan kebijakan mitigasi bencana yang jauh lebih efektif di masa depan.

Polemik yang berkembang antara perusahaan tambang dan organisasi lingkungan ini kembali menyoroti urgensi penegakan hukum lingkungan yang kuat di Indonesia. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa insiden serupa seringkali berujung pada perdebatan panjang tanpa resolusi yang memuaskan bagi semua pihak yang terdampak. Peningkatan pengawasan terhadap implementasi Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dan kepatuhan ketat perusahaan terhadap rekomendasi di dalamnya menjadi semakin esensial untuk mencegah terulangnya bencana. Selain itu, pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap komitmen perusahaan dan pemerintah dalam menjaga kelestarian lingkungan menjadi tantangan berat yang harus dihadapi pasca-bencana.

Dengan demikian, perdebatan sengit mengenai penyebab utama banjir bandang di Tapanuli Tengah antara Agincourt Resources dan Walhi Sumatera Utara masih terus berlangsung tanpa titik temu. Meskipun perusahaan bersikukuh menolak keterlibatan, keraguan publik dan tuntutan keras untuk sebuah investigasi independen yang transparan tetap menjadi sorotan utama. Resolusi dari kompleksitas masalah ini akan sangat bergantung pada ketersediaan data ilmiah yang akurat, integritas proses investigasi, serta kesediaan semua pemangku kepentingan untuk secara serius mengambil tindakan preventif yang konkrit. Pemerintah, baik di tingkat daerah maupun pusat, diharapkan dapat bertindak tegas demi keadilan bagi para korban dan keberlanjutan ekosistem Tapanuli Tengah.

Referensi: bisnis.tempo.co