News

Polemik Internal PBNU Disebut Berakar pada Tambang Batu Bara, Said Abdullah Anggap Urusan Duniawi

1 December 2025
13:34 WIB
Polemik Internal PBNU Disebut Berakar pada Tambang Batu Bara, Said Abdullah Anggap Urusan Duniawi
sumber gambar : asset.kompas.com
Konflik internal yang melanda Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) belakangan ini kian meruncing, di tengah spekulasi mengenai akar masalahnya. Said Abdullah, seorang tokoh yang memiliki pengaruh signifikan di lingkungan PBNU, menyebut bahwa gesekan tersebut bermuara pada persoalan pengelolaan tambang batu bara. Pernyataan ini sontak memicu perhatian luas, mengingat PBNU adalah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia dengan jutaan pengikut. Ia menegaskan bahwa seluruh dinamika yang terjadi hanyalah "perkara duniawi," sebuah komentar yang mengisyaratkan upaya meredakan tensi sekaligus menyederhanakan kompleksitas isu. Ungkapan tersebut mengundang interpretasi beragam dari berbagai pihak, baik di internal maupun eksternal organisasi.

Gesekan internal PBNU bukanlah fenomena baru, namun kali ini terlihat lebih intens dan menarik perhatian publik luas. Berbagai isu sebelumnya, mulai dari dinamika kepemimpinan hingga perbedaan pandangan strategis, kerap mewarnai perjalanan organisasi ini. Kali ini, narasi yang beredar telah mengarah pada isu yang lebih konkret dan sensitif, yaitu terkait potensi keuntungan finansial dari sektor pertambangan. Situasi ini menuntut respons yang bijak dari para pemimpin PBNU agar tidak mengikis kepercayaan umat dan keutuhan organisasi. Persoalan ini berpotensi memecah belah kekuatan Nahdliyin jika tidak segera ditemukan jalan keluar yang adil dan transparan.

Isu pengelolaan tambang batu bara menjadi sensitif mengingat kontroversinya dalam skala nasional, terutama terkait dampak lingkungan dan keadilan sosial. Keputusan pemerintah untuk memberikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan telah membuka babak baru dalam diskusi ini. PBNU, sebagai salah satu ormas keagamaan yang berpotensi menerima IUP, dihadapkan pada dilema antara misi dakwah dan sosialnya dengan potensi keterlibatan dalam sektor bisnis yang kompleks. Keterlibatan dalam sektor ini membutuhkan kehati-hatian ekstra agar tidak menimbulkan konflik kepentingan atau menjauhkan organisasi dari nilai-nilai dasarnya. Para pengamat menyoroti perlunya transparansi penuh dalam setiap proses pengelolaan tambang jika PBNU memutuskan untuk terlibat.

Pernyataan Said Abdullah yang menyebut konflik ini sebagai "perkara duniawi" dapat diartikan sebagai upaya untuk memitigasi dampak perpecahan internal. Sebagai salah satu tokoh kunci, pandangannya mencerminkan keinginan agar PBNU tetap fokus pada misi keagamaan dan kemasyarakatan yang lebih besar. Namun, penyebutan "duniawi" juga bisa menimbulkan persepsi bahwa isu sensitif seperti tambang batu bara dianggap remeh atau tidak substansial. Ini bisa jadi strategi untuk menggeser fokus dari aspek finansial ke persatuan organisasi, namun pada saat yang sama, ia juga menyoroti adanya motif-motif materi di balik gesekan tersebut. Tentu saja, perspektif ini membutuhkan penjelasan lebih lanjut untuk menghindari salah tafsir di kalangan Nahdliyin.

Bagi jutaan Nahdliyin di seluruh Indonesia, konflik internal PBNU yang dikaitkan dengan pengelolaan tambang batu bara tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Mereka mengharapkan PBNU tetap menjadi benteng moral dan spiritual, jauh dari intrik-intrik bisnis yang seringkali sarat kepentingan. Kepercayaan umat adalah modal utama bagi sebuah organisasi keagamaan, dan isu-isu seperti ini berpotensi mengikis kepercayaan tersebut. Penting bagi PBNU untuk menunjukkan integritas dan komitmennya terhadap kesejahteraan umat dan kelestarian lingkungan, bukan semata-mata keuntungan materi. Keseimbangan antara kemandirian finansial dan menjaga marwah organisasi menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh PBNU saat ini.

Situasi ini juga menyoroti tantangan yang dihadapi ormas keagamaan besar di era modern, di mana mereka tidak hanya berperan dalam dimensi spiritual, tetapi juga terlibat dalam berbagai aspek kehidupan sosial-ekonomi. Mencari sumber pendanaan untuk menjalankan berbagai program kemasyarakatan dan pendidikan adalah suatu keharusan. Namun, pilihan sumber pendanaan, terutama yang berasal dari sektor industri ekstraktif, selalu menjadi sorotan tajam. PBNU perlu mencari model keberlanjutan ekonomi yang selaras dengan prinsip-prinsip etika keagamaan dan keberpihakan pada kaum rentan. Debat mengenai keterlibatan ormas dalam sektor pertambangan akan terus berlanjut, memerlukan transparansi dan akuntabilitas dari semua pihak.

Melihat perkembangan ini, para pemimpin PBNU diharapkan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk menyelesaikan konflik internal secara transparan dan berlandaskan prinsip-prinsip organisasi. Penting untuk mengklarifikasi secara terbuka mengenai keterlibatan PBNU dalam pengelolaan tambang batu bara, termasuk mekanisme dan tujuannya. Menjaga soliditas organisasi dan kepercayaan umat harus menjadi prioritas utama di tengah tantangan yang ada. Penyelesaian yang bijak akan memperkuat posisi PBNU sebagai garda terdepan dalam menjaga keutuhan bangsa serta memenuhi amanah keagamaan dan kemasyarakatan yang telah diemban selama ini.

Referensi: fajar.co.id